
momen puncak peringatan Hari Jadi ke-76 Kalurahan Tirtoadi.
Wali-News.com, Sleman – Ratusan warga Kabupaten Sleman dan sekitarnya terlihat antusias menyaksikan Kirab Budaya Bedol Projo Kalurahan Tirtoadi, Kapanewon Mlati, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta pada Minggu (18/12/2022).
Sebab, kala itu menjadi momen puncak peringatan Hari Jadi ke-76 Kalurahan Tirtoadi. Maka dari itu, ada beragam pentas seni dan budaya tradisional, yang disuguhkan oleh 15 padukuhan di Kalurahan Tirtoadi.
Lurah Tirtoadi, Mardiharto, mengatakan, peringatan itu menjadi momen untuk memenuhi visi misinya dalam membangun Kalurahan Tirtoadi.
“Dengan Hari Jadi ke-76 Kalurahan Tirtoadi, kami mencoba menggali potensi-potensi yang ada di wilayah kami. Terutama potensi adat, seni dan budaya,” katanya kepada Wali-News.com di Lapangan Tirtoadi.
Sehubungan dengan hal itu, selain dilakukan kirab budaya, pihaknya juga melakukan napaktilas dari tiga kalurahan lama yakni Pundong, Sanggrahan dan Gombang yang kini menjadi satu yakni Kalurahan Tirtoadi.
“Dalam kesempatan itu, saya juga melakukan peluncuran tiga aplikasi. Tiga aplikasi itu Tata Kelola Pemerintahan, Tata Sosial dan Tata Niaga,” tutur Mardiharto.
“Aplikasi itu akan dikelola oleh badan usaha milik desa (Bumdes). Jadi nanti, Bumdes akan menjalin kemitraan dengan para dukuh di Tirtoadi. Bahkan karangtaruna pun akan kami berdayakan di sana,” imbuhnya.
Sehingga, adanya peluncuran tiga aplikasi tersebut diharapkan memberikan dampak positif terhadap ekonomi masyarakat Kalurahan Tirtoadi.
Kendati demikian, puncak peringatan Hari Jadi ke-76 Kalurahan Tirtoadi turut dihadiri oleh Putra Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Gusti Pangeran Haryo Prabukusuma dan Gusti Bendara Pangeran Harya Yudhaningrat serta beberapa pejabat berkepentingan.
Gusti Pangeran Haryo Prabukusuma, merasa terkejut dengan peserta dan antusias masyarakat menyaksikan peringatan Hari Jadi ke-76 Kalurahan Tirtoadi.
“Namanya budaya itu harus dilestarikan, di nguri-uri kabudayaannya supaya lebih banyak sekali. Partisipasi masyarakatnya juga luar biasa. Itu menjadi kepercayaan dan gotong royong yang harus dilestarikan. Dan saya mengapresiasi itu,” ujarnya.
Lebih lanjut, menurutnya budaya itu menjadi syarat falsafah kehidupan.
“Kehidupan itu yang utama adalah kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, dengan sesama manusia dan alam. Tiga itu harus sinkron untuk dilakukan oleh masyarakat,” tutupnya.(Abrar)