
Wali-news.com, Yogyakarta – Meningkatnya curah hujan di Kota Jogja, berbanding lurus dengan peningkatan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) dan leptospirosis. Bahkan dari catatan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Jogja ada empat orang yang meninggal dunia.
Kabid Pencegahan Pengendalian Penyakit dan Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Kesehatan Dinkes Kota Jogja, Lana Unwanah meminta masyarakat untuk selalu waspada, terutama musim penghujan yang menimbulkan banyak genangan.
“Antisipasi naiknya populasi nyamuk dan leptospirosis,” kata dia, Rabu 16 November 2022.
Meski masuk kategori terkendali, ada laporan 153 kasus DBD dan 9 Leptospirosis sepanjang 2022. Jumlah kematian dari kasus yang terlaporkan, masing-masing dua pasien sehingga ada total empat kematian dalam kasus dua penyakit tersebut.
“Musim hujan memicu banyak tikus, waspada genangan air dan banjir. Minimalkan sampah,” ujarnya.
Untuk itu, dr Lana mengimbau masyarakat untuk terus melakukan gerakan 1 rumah 1 jumantik/pemantau jentik. Dia juga meminta masyarakat untuk mewaspadai gejala-gejala yang dirasakan. Semisal demam tinggi, pusing, nyeri otot/sendi, nyeri kepala, mual, muntah, dan mimisan.
“Waspada setiap ada gejala mengarah DBD dan leptospirosis. Segera ke fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) puskesmas, klinik, atau RS,” ujarnya.
Sementara Kepala Dinkes Kota Yogyakarta, Emma Rahmi Aryani mengatakan bahwa semua penyakit sama. Oleh sebab itu, harus diwaspadai dengan cara mencegah paparan. Hal utama yang dapat dilakukan adalah dengan menjaga pola hidup bersih dan sehat (PHBS).
“Itu sudah rumus, harga mati,” ucapnya.
Emma pun memberi contoh, penggunaan masker dalam upaya pencegahan Covid-19 turut menekan penularan tuberkulosis (TBC). Oleh sebab itu, Emma percaya, penerapan PHBS dan prokes turut dapat mencegah terjadinya penularan cacar monyet.
“Tidak perlu kalau oh cacar monyet harus begini, kalau virus itu harus begitu. Itu kalau dari virus ya sama (utamakan PHBS dan prokes),” katanya.(Abraar)
Editor : Abdar