
Safri Rahman (Ist.)
Penulis: Safri Rahman*
Pada bulan mei tahun 2022, dalam peristiwa alam matahari akan kembali melintas tepat di atas Ka’bah. Fenomena yang dikenal dengan istilah istiwa a’zham atau rashdul qiblah ini bisa dimanfaatkan untuk memverifikasi arah kiblat.
Mengenai peristiwa alam yang terjadi ini bahwa ada namanya Rashdul Kiblat salah suatu metode yang bisa dibilang dapat memudahkan kita khususnya umat muslim untuk menentukan atau mengetahui arah kiblat suatu tempat dalam melakukan waktu shalat,hal ini dapat dilakukan oleh setiap orang pada waktu tertentu, dengan menggunakan posisi bayangan matahari yang menimpa suatu benda yang tegak lurus serta Rashdul Kiblat ini merupakan metode yang paling sederhana, bebas biaya, dan juga memiliki tingkat akurasi paling tinggi untuk menentukan arah kiblat dengan cara memanfaatkan peristiwa Rashdul Kiblat yang terjadi ketika matahari berada di atas Ka’bah dan semua bayangan yang tegak lurus akan mengarah kearah Ka’bah, tentunya peristiwa ini terjadi pada tanggal 27 & 28 Mei pada pukul 16.18 WIB.
Penting juga perlu diketahui bahwa Rashdul qiblah atau istiwa azham ini merupakan suatu kejadian dimana matahari melintasi tepat diatas ka’bah yang mana semua bayangan akan mengarah tepat sejajar dengan ka’bah dan disaat itulah kita bisa memverifikasi arah kiblat yang benar. Rashdul qiblah ini juga biasa dikenal dengan istilah yaumul ka’bah.
Dosen pengampu mata kuliah Ilmu Falaq IAIN SAS Bangka Belitung, pak Fadholi, dalam penyampaiaannya bahwa Ketika matahari berada diatas ka’bah maka seluruh bayangan lurus kearah kiblat.Untuk menentukan arah kiblat tersebut cara termudah dengan menggunakan bayangan suatu benda pada hari Rashdul Qiblah yang bayangan bendanya akan lurus mengarah ke kiblat “namun, bayangan ini hanya akan mengarah kearah kiblat pada hari dan jam yang telah ditentukan pada setiap daerah.” Ujar pak Fadholi diperkuliahan Ilmu Falaq, Selasa (24/5/2022).
Keterkaitan hal ini juga selaras dengan apa yang disampaikan oleh Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kementerian Agama, Adib, mengatakan ketika matahari melintas di atas Ka’bah, bayangan semua benda yang terkena sinar matahari akan menunjuk lurus ke arah kiblat.
“Rashdul qiblah bisa dimanfaatkan untuk memverifikasi arah kiblat. Peristiwa alam ini terjadi pada 27 dan 28 Mei 2022 pukul 16.18 WIB atau 17.18 WITA. Bayang-bayang benda yang berdiri tegak lurus, di mana saja, akan mengarah lurus ke Ka’bah,” terang Adib di Jakarta, Selasa (24/5/2022).
Mantan Kepala Kanwil Kemenag Jawa Barat ini menjelaskan, ada beberapa tahapan yang perlu diperhatikan dalam proses verifikasi arah kiblat. Benda yang menjadi patokan harus benar-benar berdiri tegak lurus. “Selain itu, permukaan dasar harus betul-betul datar dan rata, serta jam pengukuran harus disesuaikan dengan BMKG, RRI, atau Telkom. Bisa juga menggunakan jam digital di ponsel masing-masing,” ungkapannya.
Adapun tahap-tahapannya sebagai berikut ini cara penentuan arah kiblat saat matahari melintas di atas Ka’bah:
yang pertama yakni : Tentukan tempat yang akan diketahui arah kiblatnya, dengan mencari lokasi yang rata dan terkena cahaya matahari.
kedua : yakni Gunakan benda atau tongkat yang lurus, bisa juga menggunakan benang berbandul ataupun bayangan dengan bayangan badan teman-teman.
ketiga : Siapkan jam yang telah dikalibrasikan atau dicocokkan dengan waktu BMKG (bisa dicari digoogle dengan mengetik jam BMKG).
Keempat : Tancapkan tongkat di atas permukaan tanah dan pastikan benar-benar tegak lurus (90 derajat dari permukaan tanah) atau gantungkan benang berbandul.
Kelima : Tunggu hingga waktu rashdul qiblah tiba, lalu amati bayangan tongkat atau benang pada waktu tersebut.
Keenam : Setelah itu, tandai ujung bayangan dan tarik garus lurus dengan pusat bayangan, baik tongkat atau bandul ataupun bayangan badan teman-teman sendiri.
Yang ketujuh yakni : Garis lurus yang menghadap dari ujung ke pusat bayangan merupakan arah kiblat untuk tempat tersebut.
Mengenai fenomena ini point penting tentunya untuk mendukung kita menentukan arah kiblat pada hari Rashdul Qiblah ini ialah supaya kita bisa mengetahui mana arah kiblat yang benar dan supaya ibadah kita yang kita laksanakan menjadi lebih tenang dan tidak ada lagi keragu-raguan akan benar tidaknya arah kiblat yang kita jadikan pedoman selama ini.
*Penulis merupakan Ketua Biro penulisan dan penelitian hukum DPC PERMAHI BABEL dan Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri SAS Babel