
Wali-News.com, Yogyakarta – Pergerakan Inflasi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) cukup mengkhawatirkan selama tiga kuartal terakhir di 2022. Meski demikian perbaikan sektor ekonomi di DIY masih bisa dilakukan dengan memanfaatkan pariwisata.
Untuk diketahui, kuartal I/2022 misalnya, inflasi tercatat di angka 2,95 persen year-on-year (yoy). Pada kuartal berikutnya, angkanya melonjak hingga di 5,33 persen. Dalam laporan terakhir, pada kuartal III/2022, angka inflasi di DIY mencapai 6,81 persen.
Lonjakan inflasi sendiri terpicu dari berbagai faktor. Kepala Perwakilan BI DIY, Budiharto Setyawan menjelaskan bahwa inflasi pada November 2022 disumbang oleh beberapa komoditas, seperti bensin, bahan bakar rumah tangga, angkutan udara, beras, dan biaya pendidikan tinggi.
Bahkan, Budiharto menilai, lonjakan inflasi diperkirakan akan terus terjadi pada tahun 2023.
“Tekanan inflasi Yogyakarta pada akhir tahun cenderung meningkat. Bersumber baik dari sisi permintaan dan penawaran. Perayaan Hari Besar Keagamaan Nasional (HKBN) dan hari libur akhir tahun mengakibatkan tekanan sisi permintaan,” katanya, Senin 26 Desember 2022.
Lonjakan inflasi sendiri harus menjadi perhatian serius berbagai pihak. Budi memprediksi pertumbuhan ekonomi di DIY masih jauh dari rencana. Diperkirakan pertumbuhannya hanya mencapai 4,9-5,7 persen yoy di 2022 ini.
Meski ada lonjakan inflasi, DIY masih bisa bertahan ketika resesi datang di tahun 2023. Mengingat sektor pariwisata memainkan peran vital dalam pertumbuhan yang dicatatkan pada lapangan usaha penunjang pariwisata pada kuartal III/2022.
Tercatat di lapangan usaha industri makanan dan minuman yang tumbuh lebih dari 20 persen year-on-year (yoy). Selain itu, lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum yang tumbuh 20,22 persen (yoy).(Abrar)