
Wali-news.com, Banda Aceh – Kendati sudah dinobatkan sebagai negara maju oleh negara di Dunia, namun pekerja anak tetap saja menjadi permasalah besar di Pertiwi ini.
Dari data yang di peroleh Unicef (United Nations Children Fund), selama kurun waktu 2008-2020 saja sudah terdapat sedikitnya 143.456 pekerja anak di Indonesia, umur merekapun berkisar antara 10 hingga 17 tahun.
Pekerja anak merupakan sebuah istilah bagi anak kecil yang dipekerjakan, dengan unsur kesengajaan oleh seseorang bertujuan mengeksploitasi dan merampas hak serta masa depan mereka, itu semua dilakukan dengan ujuan keuntungan semata.
Pekerja anak saat ini semakin marak terjadi di belahan Indonesia, dan seakan pemerintah menutup mata atas kehadiran mereka.
Satu diantara daerah itu adalah Aceh, belakang Fenomena ” Aneuk Meukat ” (Anak berjualan ) menjadi hal yang biasa ditemui di perhentian lampu merah dan jembatan menuju Pasar Aceh, Kota Banda Aceh.
Kehadiran mereka seolah hal yang biasa bagi pengguna jalan, bahkan di jam jam sekolahpu mereka kerap juga menjajakan jualan salak plik U milik mereka.
Melihat merebaknya masalah sosial ini, langsung mengusik perhatian Soraya Kamaruzaman. Penggiat sosial di Provinsi berjulukan serambi mekkah ini, kepada wali-news.com, Jumat, (01/07/22) dimenuturkan kekhawatiran mendalam.
Saat ini dibeberapa negara, pekerja anak sudah dilarang selain melanggar hak azasi anak, hal itu juha dapat menjejas masa depan anak itu sendiri.
Namun kita sayangkan Fenomena yang kerap kita saksikan di Negara negara miskin, kini malah terjadi di kota Gemilang kita ini, Keluh Soraya.
” Kita merasa prihatin ya, karena ga seharusnya terjadi di Kota Gemilang, dan nampaknya makin hari makin bertambah jumlahnya “, Tegas Aktivis 90-an itu.
Menurutnya, masalah ini sudah menjadi hal yang serius bagi Kota Banda Aceh dan semua pihak, maka kita berharap secepatnya Pemko harus melakukan upaya Komprehensif dalam mencari solusinya.
Dinas Sosial kota harus segera turun melakukan pendataan terhadap mereka, sehingga kita mengetahui secara detail, kenapa dan mengapa itu dilakukan, selanjutnya mencari solusinya, jelas Aktivis Perempuan itu.
” Sebelum ini terus terjadi, seperti kota kota besar di Indonesia, yang berdampak serius terhadap masalah Sosial yang buruk, ayo kita benahi, karena masalah ini juga menjadi indikator sukses tidaknya keberhasilan pembangunan di kota Banda Aceh yang bersyariat ini, Kalau bukan kita siapa lagi, kalau bukan sekarang kapan lagi “, Ujar Sorya.
Ini bukan hal yang wajar, namun ini termasuk penyimpangan Sosial kasat mata, yang akan merusak moral, tentu akan berdampak pada mandeknya distribusi SDM, maka akan merusak wajah kota, sehingga nama kota yang tadinya Gemilang tetap terjaga,
” Anak anak kita adalah generasi Emas bangsa dimasa yang akan datang dimana beban dan tanggung jawab negeri akan dipikulnya, maka sudah seyogianya mereka harus kita jaga, agar kualitas moralnya terjamin, menjaga hak pendidikannya dan masa deoannya adalah bahagian tangung jawab kita saat ini “, Harap Soraya mantap.(CMA)
Editor : Abdar