
Wali-News.com, Yogaykarta — Nyaris sepekan belakangan, Tempat Pembuangan Umum (TPU) dan depo di Kota Jogja mengalami overload sampah. Hal itu menyusul dengan adanya penjadwalan pembuangan sampah yang diterapkan pihak pengelola Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan, Bantul.
Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), GKR Bendara memberi tanggapan terkait penjadwalan pembuangan sampah ke TPST Piyungan yang hanya diperkenankan tiga hari sekali.
Dia mengklaim, telah memberitahu kesadaran lingkungan pada wisatawan yang berkunjung ke Kota Gudeg. Wisatawan diminta untuk menerapkan sustainable dan responsible.
“Kami selalu memberitahu bagaimana wisatawan yang datang ke Jogja harus sustainable dan responsible. Artinya kami mengedukasi wisatawan agar sadar saat berwisata. Tidak buang sampah sembarangan. Tidak hanya wisatawan yang diedukasi tapi juga kepada pengelola wisata,” sebutnya, Senin, 31 Oktober 2022.
Gusti Bendara juga mengatakan, edukasi telah dilakukan pada pengelola wisata. Dirinya mengambil contoh penanggulangan sampah yang diterapkan oleh Taman Pintar Yogyakarta. Pengelolaan limbah bahkan jadi wahana edukasi baru di Taman Pintar.
“Pengelolaan wisata dan sampah sangat luar biasa. Ini harus diedukasi pada pelaku wisata lainnya. Untuk bisa dicontoh,” ujarnya.
Selain Taman Pintar Yogyakarta, Gusti Bendara pun memuji pengelolaan sampah yang dilakukan di Tebing Breksi, Sleman dan Mangunan, Dlingo, Bantul.
“Yang besar sudah bagus, ter-support. Hanya tinggal yang kecil. Area yang banyak menggunakan plastik, wisatawan harus sadar untuk mengurangi. Jangan buang sampah sembarangan,” ucapnya.
Sementara Carik Mangunan, Kecamatan Dlingo, Bantul, Dwi Eko Susanto mengungkap, kalurahannya sudah membidik potensi BUMKal lewat pengelolaan sampah. Mesin pengelolaan sampah pun sudah dimiliki oleh Kalurahan Mangunan.
Mesin seharga Rp190 juta itu merupakan bantuan dari Dinas Pengendalian Penduduk KB Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPPKBPMD) Bantul.
Sebagai percontohan, Pemkab Bantul menunjuk Dusun Sukorame. Warga di dusun tersebut diberi edukasi untuk memilah sampah, untuk nantinya bisa didaur ulang dan residunya dibuang.
“Setiap warga memiliki karung sendiri (untuk berbagai jenis sampah). Nah setelah dipilah-pilah nanti yang bisa dimanfaatkan kita jual dan pamerkan,” ujarnya.